Judul
:
Sang Pemimpi
Penulis
:
Andrea Hirata
Penerbit
: PT
Bentang Pustaka
Halaman
:
x + 292 Halaman
Cetakan
:
ke-14, januari 2008
Sinopsis:
Novel ini bercerita
tentang tiga orang pemimpi, Ikal, Arai dan Jimbron. Setelah tamat SMP mereka
melanjutkan ke SMA Bukan Main, di sinilah perjuangan mereka dimulai. Ikal
adalah salah satu dari anggota Laskar Pelangi. Sementara Arai yang merupakan
saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD tinggal di rumah Ikal,
sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu Ikal. Kemudian Jimbron,
anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak kecil. Namun, pendeta
yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan
Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu
pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja.
Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu
menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai,
orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua
mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne Perancis.
Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang selalu
meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul
dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan
ketiga pemuda itu. Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun
kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa
optimisme Arai tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal
merantau ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi
pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya
yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai
dan Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama mereka.
Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup
susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat
ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan
untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di
Ekonomi UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke
Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya sampailah pada pertandingan
untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak
disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang
diajukan Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih
bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah
wawancara selesai, siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut
dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua
dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai,
selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanaknnya bertahun-tahun.
Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi.
Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat
untuk menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga
mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka
berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Arai
begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin
membuka kabar itu bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai.
Baik Arai maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu.
Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di Universitas Sorbone, Prancis.
Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai, inilah jawaban dari mimpi-mimpi
mereka. Keduanya sama-sama lulus beasiswa kuliah di Prancis.
Source: pritowindiarto.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar